Sabtu, 02 Februari 2013


BUDAYA INDONESIA YANG MENDUNIA
Beberapa waktu yang lalu, Presiden SBY beserta para menterinya menikmati acara  wayang kulit yang ditayangkan secara langsung juga oleh Indosiar.  Pada acara tersebut juga ada dalang asal Amerika, ada pesinden dari Jepang,  Amerika dan juga beberapa negara lain.  Dalang dan pesinden Amerika itu sudah belajar bahasa Jawa dan budaya Jawa, termasuk kesenian nya.
Betapa bangganya para pejabat kita, karena budaya kita sudah dikuasai benar oleh mereka, para orang asing itu.  Apakah para pejabat itu merasa bahwa seni wayang kulit, sebagai bagian dari budaya kita itu sedang dicuri oleh orang2 luar negara ?  Tentu tidak, buktinya mereka bangga.
Nah, kalau suatu saat, mereka (orang asing itu ) sudah menguasai kebudayaan kita, seni tari, seni wayang, dan mungkin juga seni lukis dan seni patung, bisa saja mereka lebih lihai dari pemiliknya, Bangsa Indonesia.
Nah, nanti pada saatnya, akan datang suatu masa, dimana Amerika, Jepang, Belanda dan negara2 lainnya mempunyai sekolah tari, sekolah wayang kulit, dan sekolah kesenian yang berakar dari budaya Indonesia, siapa yang salah ?  Apakah mereka pencuri ilmu dari Indonesia ?
Begitu juga dengan Malaysia, sejak puluhan tahun mereka banyak belajar dari Indonesia, dari mulai pertanian di IPB, keteknikan di ITB dan MIPA di UGM, kedokteran di hampir semua kota ada pelajar Malaysianya, bahkan hampir 20 persen mahasiswa kedokteran  adalah warga negara  Malaysia.  Demikian juga Guru2 matematika, Fisika, Kimia, Biologi sejak puluhan tahun yang lalu banyak yang datang dari Indonesia mengajar ke Malaysia.  Sekarang juga dosen2nya banyak yang mengajar di sana.
Sehingga lah sang murid lebih pandai daripada guru2nya sendiri.  Apakah jika ada murid yang lebih pandai dari Sang Guru, maka guru akan merasa terhina, akan merasa dikalahkan ?  Saya kira tidak.  Guru profesional justru akan bangga jika anak muridnya lebih pandai dari dirinya sendiri.  Karena itu artinya, Guru itu berhasil mentransfer ilmunya.
Suatu saat nanti, Amerika akan mengiklankan Wayang Kulit, dengan dalang misalnya :  Ki Dalang Stevens, Ki Dalang George, dengan sindennya Margareth siapa gitu Lho.  Apakah kita akan marah ?  Ya boleh2 saja marah.  Gak ada yang melarang kok.
Cuma kita harus sadar, bahwa budaya Indonesia sudah mengglobal, sudah mendunia.  Kalau ada orang lain mempelajari, meniru, kemudian memproduksi dan memasarkan, bagaimana ?
Begitu juga, dengan Indonesia, banyak orang kita yang jago ngaji.  Kalau ada musabaqoh tilawatil Quran tingkat dunia, juaranya sering dari Indonesia.  Orang Arab Saudi jarang yang jadi juara.  Tetapi tetap saja orang belajar al Quran dan bahasa arab bukan ke Indonesia, tetapi ke sana.  Karena semua orang sedunia juga tahu, bahwa Quran itu berasal dari sana.
Banyak juga orang Indonesia belajar ke Amerika, Jepang, Inggris, Belanda, Perancis, Australia, Kanada dan lain2 negara.  Kalau orang Indonesia berhasil mempelajari salah satu budaya luar negeri itu, kemudian dikembangkan di Indonesia, dan banyak turis asing tertarik karenanya, mengapa tidak ?
Percampuran budaya, pertukaran budaya, persaingan dagang dan lain2 adalah ciri dari era globalisasi.  Siapa yang lambat merespon akan terlindas dan tertindas.
Oleh karena itulah saya ingin menegaskan disini bahwa kita sebagai rakyat Indonesia harus lebih cinta kepada budaya asli Indonesia .Agar kita tidak malu kalau ternyata knowledge kita mengenai budaya kita sendiri kalah dengan orang asing .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar